Selama kurang lebih dua dekade terakhir, industri pertarungan bela diri campuran atau lebih sering disebut mixed martial arts (MMA) telah berkembang sangat pesat.
Ini semua bermula dari ditayangkannya reality show The Ultimate Fighter (TUF) oleh Ultimate Fighting Championship (UFC) di pertengahan tahun 2000an sehingga membawa combat sports ini ke dalam televisi-televisi di ruang keluarga dan membuat industrinya, yang awalnya sangat-sangat niche di kalangan fighter, menjadi mainstream.
Di Indonesia sendiri, jauh sebelum penayangan TUF, pernah ada ajang bela diri campuran yang ditayangkan di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dengan nama TPI Fighting Championship (TPIFC).
Sayang sekali TPIFC tidak berumur panjang karena, sama seperti situasi di Amerika dan negara-negara lain waktu itu, konsep ajang bela diri “campuran” belum begitu banyak praktisinya apalagi peminatnya.
Situasi industri MMA di Indonesia mulai berubah ketika UFC menjadikan MMA mainstream secara global dan di negara ini akhirnya muncul sebuah promosi MMA dengan backing modal yang cukup besar yaitu One Pride.
Dengan dukungan dana keluarga Bakrie, One Pride adalah kasta teratas saat ini buat petarung-petarung MMA di Indonesia untuk membangun karirnya.
Salah satu petarung One Pride, Jeka Saragih, bahkan mampu menjadi petarung Indonesia pertama yang dikontrak oleh UFC.
Kesuksesan Jeka tentunya banyak menginspirasi orang-orang yang hobi baku tumbuk untuk mencoba peruntungan di ajang MMA.
Table of Contents
Cara Berlatih MMA: Mulai Dari Mana?
Untuk menjadi seorang petarung MMA tentunya diperlukan yang namanya latihan.
Tapi karena namanya bela diri “campuran”, banyak orang yang bingung dari mana harus memulai.
Apa dari boxing? Gulat? Jiu jitsu? Atau dari bela diri tradisional seperti silat, karate dan sejenisnya?
Kalau kamu cukup beruntung dilahirkan dan tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan sejenisnya, akses ke tempat latihan MMA cukup banyak tersedia dalam bentuk gym-gym yang memang menyediakan program MMA.
Program MMA artinya kamu gak perlu pusing-pusing mikir apa harus latihan striking atau grappling terlebih dahulu. Instruktur-instrukturnya bisa memberikan kurikulum yang sudah lengkap dan bisa kamu ikuti baik sesi striking maupun grapplingnya.
Nah, kalau daerah atau kota tempat kamu tinggal belum ada gym khusus MMA, maka saran saya satu: fokus berlatih style grappling terlebih dahulu.
Mau itu gulat, sambo, judo ataupun jiu jitsu, apa yang tersedia dan accessible buat kamu, mulailah latihan di situ.
Kalau bisa, saya sangat menyarankan untuk mulai dengan gulat karena style ini sangat bagus buat membangun fondasi fundamental kamu secara fisik untuk mengarungi dunia MMA yang keras.
Ketika kamu sudah bisa gulat, akan sangat mudah menambahkan skill-skill tambahan seperti kuncian dan striking.
Dan gulat, untuk Indonesia, sudah lumayan mengakar di banyak daerah sehingga hampir pasti ada tempat buat berlatih.
4 Alasan Kenapa Fokus di Skill Grappling Penting Calon Atlet MMA
Buat lebih jelasnya kenapa saya sangat menekankan untuk fokus di skill grappling dulu di awal buat calon atlet MMA, simak 4 alasannya di bawah ini:
Alasan #1: Kamu bisa punya kontrol lebih waktu pertarungan
Kalau kamu menguasai grappling, kamu bisa menentukan di mana pertarungan berlangsung.
Kamu punya opsi membawa pertarungan ke bawah atau tetap berdiri.
Kalaupun lawan kamu bisa melakukan take down, kamu ga akan mudah panik kalau kamu punya skill grappling.
Alasan #2: Bisa melakukan submission atau kabur
Skill grappling juga membuat kamu punya skill untuk melakukan submission atau kuncian.
Kalau kamu menguasai jiu jitsu atau sambo, kamu bahkan bisa melakukan kuncian ke lawan kamu walaupun posisi kamu sedang ada di bawah.
Yang lebih penting lagi adalah kamu juga punya skill untuk bertahan dan kabur ketika lawan kamu melakukan submission.
Alasan #3: Lebih bisa menghemat energi
Skill grappling juga membuat kamu bisa lebih mudah untuk mencari posisi dominan di ground seperti side control, mount ataupun back mount.
Kalau kamu menguasai grappling, kamu bisa dengan mudah membuat lawan kamu kecapekan sendiri berusaha keluar dari posisi dominan yang sedang kamu lakukan sementara kamu akan relatif lebih santai dan tidak mengeluarkan energi banyak kalau sudah ada di posisi dominan.
Alasan #4: Mayoritas petarung MMA bisa grappling
Menurut saya ini adalah alasan yang paling penting kenapa kamu harus fokus di grappling kalau ingin mengadu nasib di MMA; mayoritas petarung MMA ya belajar grappling.
Kalau kamu gak mau latihan grappling karena merasa gengsi sebagai orang yang “striking” banget, ya di dalam arena MMA kamu hampir pasti akan dihabisi.
Realita Industri MMA di Indonesia
Oke, sebagai penutup saya mau kasih bocoran sedikit lah tentang realit industri MMA di Indonesia.
Kalau setelah membaca artikel ini kamu jadi semangat untuk mulai berlatih MMA ya bagus tapi sadari bahwa menjadikan profesi petarung MMA sebagai pekerjaan full time yang bisa menghidupi saat ini masih sangat sulit di Indonesia.
Ya ada atlet-atlet MMA Indonesia yang bisa sukses jadi petarung full time seperti Jeka tapi ini mungkin hanya sekitar 1% saja.
Sisanya yang 99% masih banyak yang harus double bahkan triple job buat bisa membayar pelatih, suplemen, fight camp dan lain-lain.
Peluang yang paling realistis untuk hidup di industri MMA di Indonesia saat ini adalah dengan membangun portfolio pertarungan yang cukup untuk kemudian banting setir jadi pelatih.
Kebanyakan atlet-atlet MMA Indonesia yang hidupnya bisa dibilang berkecukupan saat ini adalah mereka-mereka yang mampu membangun personal branding dan networking dengan orang-orang yang tepat atau berpengaruh ketika mereka sedang aktif-aktifnya bertarung.
Dan pada akhirnya, ketika atlet-atlet MMA ini merasa sudah capek bertarung dengan bayaran yang tidak seberapa, mereka bisa membuka peluang rejeki lain dengan menggunakan personal branding dan network yang sudah mereka bangun.
Ke depannya, industri MMA Indonesia ini sepertinya masih akan terus berkembang karena masih banyak banget ruang yang terbuka.
Harapannya kalau kamu masih muda dan bisa memulai latihan dari sekarang, ketika industri ini sudah besar di Indonesia, kamu bisa ada di posisi atas sebagai salah satu orang yang merintis di awal.
- Ingin Jadi Atlet MMA? Fokus Di Grappling Dulu - December 27, 2024
- Hasto Kristiyanto, Jiu Jitsu dan Politik - December 24, 2024
- Kenapa Pendidikan Baku Hantam Sejak Usia Dini Bagus Untuk Demokrasi - December 20, 2024